ASAL MULANYA SUNGAI PIRING

Kamis, 05 Juni 20141komentar



 
Pada zaman dahulu, diperairan sekitar pesisir  Riau, berlayarlah sebuah kapal cina yang membawa barang – barang  berharga menuju suatu kerajaan didaerah sumatera, barang berharga pada kapal tersebut  adalah cindera mata berupa keramik dan porselin yang bernilai tinggi serta batu batu permata.
Namun ditengah perjalanan, kapal mereka dikejar oleh kapal bajak laut. Karena keadaan yang semakin genting, kapten kapal memerintahkan untuk menyelamatkan barang berharga, maka diturunkanlah perahu kecil dan dimasukan barang berhamenggalirga tersebut, dan dua orang prajurit, kapal kecil tersebut berhasil menyelinap diantara pulau pulau kecil dan memasuki sungai Indragiri. Saat menelusuri sungai Indragiri mereka melihat ada parit kecil, dan mereka bermaksud untuk masuk kedalam parit tersebut.
Saat itu arus air pasang mengalir dengan sangat deras. Ketika perahu kecil mereka yang sarat dengan benda berharga ingin berbelok tiba tiba perahu bereka ditabrak oleh kayu besar yang hanyut, sehingga membuat perahu mereka terbalik, dan tenggelam. Barang berharga yang ada dalam perahu tumpah semua ke dalam air yang deras, kedua prajurit tersebut berusaha menyelamatkan diri dari arus air dan tidak dapat lagi menyelamatkan perahu dan barang bawaannya. Untuk bertahan dari arus sungai yang deras merekapun terpaksa menaiki potongan kayu yang menabrak perahu mereka dan membiarkan arus yang membawanya.

Beberapa tahun telah berlalu, alkisah tersebutlah dua orang pemuda nelayan yang setiap hari mencari ikan, hasilnya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan jika dapat ikan banyak mereka menjualnya atau terkadang hanya menukarnya dengan kebutuhan lainnya, seperti beras, sayur atau buah buahan.
Pada hari itu kedua pemuda tersebut bermaksud untuk mencari ikan lebih jauh lagi, dengan harapan akan mendapatkan ikan lebih banyak lagi. Setelah menelusuri pesisir pantai yang cukup jauh tibalah mereka dikuala parit yang lumayan besar,  merekapun mulai mencari menebar jala di kuala parit yang airnya cukup deras, mereka senang karena dikuala parit tersebut ternyata banyak ikan dan udang yang didapatkan. 

Tiba tiba jala mereka tidak bisa ditarik, ternyata jalanya tersangkut, terpaksalah salah satu dari mereka terjun keair untuk melepaskan jala dari kaitan dibawah air,  “Dik, terjunlah, biar abang diatas” kata salah satu dari nelayan tersebut. Yang dipanggil adik pun dengan cekatan langsung terjun keair. Namun begitu adik nelayan ini merasa ada yang aneh saat kakinya menyentuh dasar air, karena biasanya yang dipijak pastilah tanah liat, dan kakinya akan terbenam sampai mata kaki, namun saat itu kakinya menyentuh benda keras , datar dan lebar. Kemudian disembulkannya kepalanya ke atas air, “Bang, aku memijak suatu benda yang besar dan keras “ kata adik nelayan ini, “coba angkat kalau bisa dek,” kada abangnya. Kemudian adik nelayan ini berusaha mengangkatnya, namun tidak bisa karena benda yang akan diangkat tersebut sangat berat. Terpaksalah abangnya juga  ikut terjun kedalam air. Ternyata benda yang akan mereka angkat sebuah benda berbentuk bundar dan cukup besar,  sebagian benda tersebut tertimbun tanah liat, sehingga membuat mereka sulit untuk mengangkat. Namun setelah bersusah payah, terangkatlah benda tersebut dari atas air, dan dimasukan ke dalam sampan nelayan tadi. Setelah diamati, ternyata benda tersebut berbentuk sebuah piring besar. Pada dasar piring tersebut terdapat ukiran naga dan tulisan cina. Bobot piring tersebut sangat berat, kedua pemuda tersebut khawatir kalau nantinya akan membuat sampan kecil mereka terbalik. Mereka pun memutuskan untuk menyimpan piring tersebut didaratan.
Maka diangkatlah piring besar tersebut kedaratan, tempat tersebut masih semak belukar, belum ada satupun rumah disekitar situ, setelah mendapatkan  tempat yang dianggap aman, barulah mereka menggali tanah dengan sebilah parang dan kayu. Setelah tanah sudah digali dan cukup barulah piring tersebut dimasukan dengan perlahan lahan, kemudian ditimbun kembali dengan rapi dan ditutupi dengan batang pohon agar tidak menimbulkan kecurigaan orang jika melihatnya.

Setelah menyembunyikan piring besar hasil temuannya, nelayan tersebutpun melanjutkan pekerjaannya kembali mencari ikan. Dalam fikiran mereka sedikitpun sebenarnya tidak ada maksud untuk mengambil hak milik orang lain, namun mereka hanya ingin menyelamatkan suatu benda yang mungkin bagi empunya sangat berharga, tapi mereka tidak tahu siapa yang empunya piring besar tersebut.
Suatu hari pemuda tersebut mengambil piring besar yang mereka sembunyikan, piring tersebut dibawa pulang ketempat tinggalnya, dan untuk mudah mengingat tempat temuan mereka itu, kedua pemuda itu pun sepakat untuk memberi nama “parit piring”.
Beberapa tahun kemudian, didaerah parit piring tersebut sudah mulai ada orang yang membuka lahan untuk berladang, dan berkebun, ada juga bahkan yang membuat tempat tinggal. Pertambahan penduduk disitu ternyata cukup cepat, banyak pendatang dari daerah Banjarmasin. Nama parit piring pun dianggap tidak cocok lagi karena kurang nyaman diucapkan, sehingga dirubah menjadi “Sungai Piring”.
Alkisah, ditemukan pula beberapa mangkuk pada sebuah parit yang tidak jauh dari parit tempat ditemukannya piring besar tadi, dan akhirnya parit tersebut dinamakan “Sungai Mangkok” sampai saat ini.

  Desa Sungai Piring saat ini

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

31 Mei 2020 pukul 03.34

ini kisah nyata'a atau dongeng y

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Budaya Urang Banjar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger