Pada zaman dahulu, diperairan
sekitar pesisir Riau, berlayarlah sebuah
kapal cina yang membawa barang – barang
berharga menuju suatu kerajaan didaerah sumatera, barang berharga pada
kapal tersebut adalah cindera mata
berupa keramik dan porselin yang bernilai tinggi serta batu batu permata.
Namun ditengah perjalanan, kapal mereka dikejar oleh
kapal bajak laut. Karena keadaan yang semakin genting, kapten kapal
memerintahkan untuk menyelamatkan barang berharga, maka diturunkanlah perahu
kecil dan dimasukan barang berhamenggalirga tersebut, dan dua orang prajurit,
kapal kecil tersebut berhasil menyelinap diantara pulau pulau kecil dan
memasuki sungai Indragiri. Saat menelusuri sungai Indragiri mereka melihat ada
parit kecil, dan mereka bermaksud untuk masuk kedalam parit tersebut.
Saat itu arus air pasang mengalir dengan sangat
deras. Ketika perahu kecil mereka yang sarat dengan benda berharga ingin
berbelok tiba tiba perahu bereka ditabrak oleh kayu besar yang hanyut, sehingga
membuat perahu mereka terbalik, dan tenggelam. Barang berharga yang ada dalam
perahu tumpah semua ke dalam air yang deras, kedua prajurit tersebut berusaha
menyelamatkan diri dari arus air dan tidak dapat lagi menyelamatkan perahu dan
barang bawaannya. Untuk bertahan dari arus sungai yang deras merekapun terpaksa
menaiki potongan kayu yang menabrak perahu mereka dan membiarkan arus yang
membawanya.
Beberapa tahun telah berlalu, alkisah tersebutlah
dua orang pemuda nelayan yang setiap hari mencari ikan, hasilnya hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan jika dapat ikan banyak mereka menjualnya
atau terkadang hanya menukarnya dengan kebutuhan lainnya, seperti beras, sayur
atau buah buahan.
Pada hari itu kedua pemuda tersebut bermaksud untuk
mencari ikan lebih jauh lagi, dengan harapan akan mendapatkan ikan lebih banyak
lagi. Setelah menelusuri pesisir pantai yang cukup jauh tibalah mereka dikuala
parit yang lumayan besar, merekapun
mulai mencari menebar jala di kuala parit yang airnya cukup deras, mereka
senang karena dikuala parit tersebut ternyata banyak ikan dan udang yang
didapatkan.
Tiba
tiba jala mereka tidak bisa ditarik, ternyata jalanya tersangkut, terpaksalah
salah satu dari mereka terjun keair untuk melepaskan jala dari kaitan dibawah
air, “Dik, terjunlah, biar abang diatas”
kata salah satu dari nelayan tersebut. Yang dipanggil adik pun dengan cekatan
langsung terjun keair. Namun begitu adik nelayan ini merasa ada yang aneh saat
kakinya menyentuh dasar air, karena biasanya yang dipijak pastilah tanah liat,
dan kakinya akan terbenam sampai mata kaki, namun saat itu kakinya menyentuh
benda keras , datar dan lebar. Kemudian disembulkannya kepalanya ke atas air,
“Bang, aku memijak suatu benda yang besar dan keras “ kata adik nelayan ini,
“coba angkat kalau bisa dek,” kada abangnya. Kemudian adik nelayan ini berusaha
mengangkatnya, namun tidak bisa karena benda yang akan diangkat tersebut sangat
berat. Terpaksalah abangnya juga ikut
terjun kedalam air. Ternyata benda yang akan mereka angkat sebuah benda
berbentuk bundar dan cukup besar,
sebagian benda tersebut tertimbun tanah liat, sehingga membuat mereka
sulit untuk mengangkat. Namun setelah bersusah payah, terangkatlah benda
tersebut dari atas air, dan dimasukan ke dalam sampan nelayan tadi. Setelah
diamati, ternyata benda tersebut berbentuk sebuah piring besar. Pada dasar
piring tersebut terdapat ukiran naga dan tulisan cina. Bobot piring tersebut
sangat berat, kedua pemuda tersebut khawatir kalau nantinya akan membuat sampan
kecil mereka terbalik. Mereka pun memutuskan untuk menyimpan piring tersebut
didaratan.
Maka
diangkatlah piring besar tersebut kedaratan, tempat tersebut masih semak
belukar, belum ada satupun rumah disekitar situ, setelah mendapatkan tempat yang dianggap aman, barulah mereka
menggali tanah dengan sebilah parang dan kayu. Setelah tanah sudah digali dan
cukup barulah piring tersebut dimasukan dengan perlahan lahan, kemudian
ditimbun kembali dengan rapi dan ditutupi dengan batang pohon agar tidak
menimbulkan kecurigaan orang jika melihatnya.
Setelah menyembunyikan piring besar hasil temuannya,
nelayan tersebutpun melanjutkan pekerjaannya kembali mencari ikan. Dalam
fikiran mereka sedikitpun sebenarnya tidak ada maksud untuk mengambil hak milik
orang lain, namun mereka hanya ingin menyelamatkan suatu benda yang mungkin
bagi empunya sangat berharga, tapi mereka tidak tahu siapa yang empunya piring
besar tersebut.
Suatu hari pemuda tersebut mengambil piring besar
yang mereka sembunyikan, piring tersebut dibawa pulang ketempat tinggalnya, dan
untuk mudah mengingat tempat temuan mereka itu, kedua pemuda itu pun sepakat
untuk memberi nama “parit piring”.
Beberapa tahun kemudian, didaerah parit piring
tersebut sudah mulai ada orang yang membuka lahan untuk berladang, dan
berkebun, ada juga bahkan yang membuat tempat tinggal. Pertambahan penduduk
disitu ternyata cukup cepat, banyak pendatang dari daerah Banjarmasin. Nama
parit piring pun dianggap tidak cocok lagi karena kurang nyaman diucapkan,
sehingga dirubah menjadi “Sungai Piring”.
Alkisah, ditemukan pula beberapa mangkuk pada sebuah
parit yang tidak jauh dari parit tempat ditemukannya piring besar tadi, dan
akhirnya parit tersebut dinamakan “Sungai Mangkok” sampai saat ini.
Desa Sungai Piring saat ini
+ komentar + 1 komentar
ini kisah nyata'a atau dongeng y
Posting Komentar