Ornamen sebagai suatu aspek seni rupa
telah menga lami perkembangan yang cukup maju dalam budaya tradisional
orang Banjar. Ornamen sebagai ragam hias banyak ditemukan di rumah-rumah
adat Banjar dan karya seni ini ternyata tak hanya sebagai hiasan tetapi
juga sar filosofi.
Ornamen dalam
arsitektur tradisional Banjar dikenal dengan istilah Tatah yang
berbentuk Tatah surut (ukiran berupa relief), Tatah Babuku (ukiran dalam
bentuk tiga dimensi) dan Tatah Baluang (ukiran berlubang).
Dalam
buku Arsitektur Tradisional Banjar Kalimantan Selatan, Drs H Syamsiar
Seman, mengatakan, dalam sebuah rumah adat Banjar terutama tipe bubungan
tinggi, gajah baliku dan palimbangan terdapat dua belas bagian bangunan
yang diberi ornamen khas.
Pertama, pucuk
bubungan berbentuk lancip yang disebut layang-layang. Layang-layang
dalam jumlah yang ganjil (lima) dengan ukiran motif tumbuhan paku alai,
bogam, tombak atau keris.
Pada
rumah tipe palimasan ornamen berbentuk sungkul dengan motif anak catur,
piramida dan bulan bintang. Ukiran jamang sebagai mahkota bubungan
terdapat pada rumah adat tipe palimbangan, balai laki, balai bini dan
cacak burung. Jamang dalam bentuk simetris ini biasanya bermotif anak
catur dengan kiri kanan bermotif paku alai, halilipan atau babalungan
ayam.
Kedua, tawing
layar atau tampuk bubungan (penutup kuda-kuda). Terutama terdapat pada
rumah adat Banjar tipe palimbangan, balai laki dan cacak burung (anjung
surung) yang memiliki bubungan atap pelana dengan puncak depan yang
tajam. Karena ruangannya terbatas, hiasannya pun tak banyak. Umumnya
berupa bundaran yang diapit segitiga dalam komposisi dedaunan. Ornamen
di sini selalu dalam komposisi simetris.
Ketiga, pilis
atau papilis (listplank). Terdapat pada tumbukan kasau yang sekaligus
menjadi penutup ujung kasau bubungan tersebut. Juga pada banturan (di
bawah cucuran atap) serta pada batis tawing (kaki dinding) bagian luar.
Banyak motif digunakan antara lain rincung gagatas, pucuk rabung, tali
bapintal, dadaunan, dalam berbagai kreasi, kumbang bagantung (distiril),
paku alai, kulat karikit, gagalangan, i-itikan, sarang wanyi, kambang
cangkih, teratai, gigi haruan dan lainnya.
Keempat, tangga.
Pada puncak tangga terdapat ornament buah nenas. Adapula motif kembang
melati yang belum mekar, tongkol daun pakis, belimbing, manggis, payung
atau bulan sabit. Pada panapih tangga biasanya terdapat motif tali
bapintal, dadaunan, buang mingkudu dan sulur-suluran. Pada pagar tangga
digunakan ukiran tali bapintal atau garis geometris, pada kisi-kisi
pagar tangga digunakan motif bunga melati, galang bakait, anak catur,
motif huruf S dan berbagai motif campuran.
Kelima, palatar
(teras). Bagian depan rumah yang mendapat sentuhan ukiran pada jurai
samping kiri dan kanan atas, batis tawing dan kandang rasi. Ornamen pada
jurai bisasnya mengambil motif hiris gagatas, pucuk rabung, daun paku
atau sarang wanyi. Pada batis tawing bermotif dadaunan, sulur- suluran
atau buah mingkudu.
Keenam, lawang
(pintu). Bagian-bagian lawang yang diberi ornamen adalah dahi lawang
(bagian atas pintu, semacam ventilasi), berukiran tali bapintal dalam
bentuk lingkaran bulat telur. Komposisi bagiannya dilengkapi dengan
motif suluruluran dan bunga-bungaan dengan kaligrafi Arab antara lain
bertulis Laa ilaaha illallah, Muhammadarrasulullah, Allah dan Muhammad.
Kemudian
jurai lawang (ornamen mirip tirai terbuka), berbentuk setengah
lingkaran atau bulan sabit dengan kombinasi tali bapintal,
sulur-suluran, bunga-bunga dan kaligrafi Arab. Tulisan dengan bentuk
berganda atau berpantulan dengan komposisi dapat dibaca dari arah kiri
ke kanan dan arah kanan ke kiri.
Selanjutnya,
daun lawang (daun pintu), selalu menempatkan motif tali bapintal, baik
pada pinggiran kusen pintu, maupun hiasan bagian dalam, tali bapintal
pada bagian dalam dalam bentuk bulat telur atau hiris gagatas. Keempat
sudut daun lawang banyak ornament bermotif pancar matahari dengan
kombinasi dedaunan, di antaranya motif daun jaruju.
Ketujuh, lalungkang
(jendela). Umumnya menempatkan ornamen sederhana pada dahi atau pula
daun lalungkang berupa tatah bakurawang dengan motif bulan penuh, bulan
sahiris, bulan bintang, bintang sudut lima, daun jalukap atau daun
jaruju.
Kedelapan, watun.
Sebagai sarana pinggir lantai terbuka yang diberi ornamen pada panapih
yaitu dinding watun tersebut. Ornamen biasanya untuk panapih watun
sambutan, watun jajakan dan watun langkahan yang ada pada ruangan
panampik kacil, panampik tangah dan panampik basar. Terdapat ukiran
dengan motif tali bapintal, sulur-suluran, dadaunan, kambang taratai,
kacapiring, kananga, kambang matahari, buah-buahan dan lainnya.
KeSembilan,
tataban. Terletak di sepanjang kaki dinding bagian dalam ruang panampik
basar. Ukiran di situ adalah pada panapih tataban tersebut. Umumnya
sepanjang tataban tersebut mempergunakan ornamen dengan motif tali
bapintal pada posisi pinggir. Motif lain pada dedaunan dan sulur-suluran
dalam ujud kecil sepanjang jalur tataban tersebut.
Kesepuluh, tawing
halat (dinding pembatas). Ornamen di dua daun pintu kembar ini harus
seimbang dengan ragam hias. Biasanya motif tali bapintal tak ketinggal,
buah dan dedaunan dengan kombinasi kaligrafi Arab.
Kesebelas,
sampukan balok (pertemuan balok). Rumah adat Banjar tidak mengenal
plafon, sehingga tampak adanya pertemuan dua balok pada bagian atas.
Ukiran bermotif dedaunan dan garis-garis geometris.
Keduabelas,
gantungan lampu. Balok rentang yang ada di atas pada posisi tengah
dipasang pangkal tali untuk gantungan lampu. Sekeliling pangkal
gantungan diberi ukiran bermotif dedaunan dan bunga dalam komposisi
lingkaran berbentuk relief. (dea)
Artikel ini saya
ambil dari salah satu harian terkemuka di Banjarmasin yaitu Banjar
masin Post sebagai Bahan referensi dan klipin digital saya, semoga juga
bisa berguna bagi yang lain.
Posting Komentar