Guringakan dalam pukungan
Anakku nang bungas lagi bauntung
Hidup baiman mati baiman
Lirik di atas didendangkan manakala ibu-ibu masyarakat Banjar sedang menidurkan anak. Jika anaknya posisi berbaring lirik “pukungan“ dapat diganti dengan “ayunan“.
Yang lebih menarik adalah menidurkan anak ini sang ibu sambil bernyanyi dengan suara merdu berayun-ayun atau mendayu-dayu.
Isi lirik ini, puji-pujian pada anaknya yang ”bungas langkar ” dan doa agar anaknya kelak kuat imannya dalam agama sampai akhir hayatnya.
Kalau tidak berupa syair atau pantun, sang ibu membaca salawat rasul atau ayat – ayat suci Al Qur’an.
Seandainya anaknya masih rewel tidak juga mau tidur, biasanya sang ibu berkata : His ! cacak ! anakku jangan diganggu inya sudah guring ( His! Cecak anakku jangan diganggu dia sudah tidur ).
Bapukung adalah menidurkan anak dengan cara sang anak didudukan dalam ayunan dibalut dengan kain tapih sebatas leher.
Ayunan untuk ”guring bapukung” tak bedanya dengan ayunan dengan posisi dibaringkan yaitu terbuat dari tapih bahalai atau kain kuning dengan ujung –ujungnya diikat dengan tali haduk ( ijuk ). Ayunan ini biasanya digantungkan pada palang plapon di ruang tengah rumah. Pada tali tersebut biasanya diikatkan Yasin, daun jariangau, kacang parang, katupat guntur, dengan maksud dan tujuan sebagai penangkal hantu – hantu atau penyakit yang mengganggu bayi. Menidurkan anak dengan bapukung biasanya lebih cepat tertidur dari pada mengayun posisi berbaring.
Maayun anak ini terkadang diadakan pada acara Mauludan yakni tanggal 12 Rabiul Awwal. Dengan maksud agar mendapat berkah kelahiran Nabi Muhammad SAW
Pada perke
mbangannya, maayun anak ini menjadi sebuah tradisi budaya yang setiap tahun digelar dengan istilah “ Baayun Maulud” Baayun Maulud ini sungguh berisi pesan-pesan religiusitas, filosofis dan local wisdom ( kearifan local ).
Baayun
Maulud ini setiap tanggal 12 Rabiul Awwal yakni menyambut dan
memperingati Maulud Rasul, oleh masyarakat Desa Banua Halat Kecamatan
Tapin Utara selalu mengadakan upacara Baayun Anak atau Baayun Maulud.
Tradisi budaya ini mulai popular sejak tahun 1990-an.mbangannya, maayun anak ini menjadi sebuah tradisi budaya yang setiap tahun digelar dengan istilah “ Baayun Maulud” Baayun Maulud ini sungguh berisi pesan-pesan religiusitas, filosofis dan local wisdom ( kearifan local ).
Juga, Baayun Anak ini adalah salah satu agenda tahunan bagi Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalimantan Selatan. Yang lebih unik lagi pesta Baayun Anak ini bukan hanya baayun anak tetapi pesertanya juga baayun nenek dan kakek. Mereka sengaja ikut baayun karena nazar. Nazar ini karena sudah tercapai niat atau terkabul hajat seperti sudah naik haji, mendapat rejeki yang banyak atau untuk maksud agar penyakitnya hilang atau juga panjang umur.
Pada realitas masyarakat banjar, tradisi baayun anak sekarang ini berangsur-angsur mulai ditinggalkan atau dilupakan terutama diperkotaan karena arus globalisasi yang semakin dahsyad.
Diharapkan Lembaga Budaya Banjar (LBB) Kalsel, Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar dan Dewan Kesenia maupun intansi terkait dapat membendung arus globalisasi tersebut sehingga Adat Istiadat dan Seni Budaya Banjar tetap lestari di tanah Banjar ini, Semoga.*** Arsyad Indradi (Pengamat Seni Budaya,Penyair)
+ komentar + 1 komentar
Om, kalo bisa cantumkan jua pank sajarah bapukung. Sagan refrensi om ae.
Posting Komentar